(Bab 10 : Bersegera Mengerjakan Kebaikan, Hadits RS87-RS94)
Allah Ta'ala berfirman:
“Maka berlumba-lumbalah kamu (dalam berbuat) kebaikan.” (Al-Baqarah, 2:148; Al-Maa-idah, 5:48)
“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada syurga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa.” (Ali Imran, 3:133)
Peluang beribadah tidak patut dipersia-siakan. Amal soleh di hari ini memberi kekuatan kepada seseorang untuk terus beramal sewaktu berhadapan dengan kesukaran dan keuzuran di hari esoknya. Jangan bertangguh untuk beramal kerana peluang hari ini tidak semestinya berulang kembali.
M26. Dari Abu Hurairah r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Bersegeralah kamu mengerjakan amal-amal soleh kerana akan terjadi suatu bencana bagaikan malam yang gelap gulita. Ketika itu seseorang beriman di waktu pagi menjadi kafir di waktu petang; dan beriman di waktu petang menjadi kafir di waktu pagi. Ia menjual agamanya untuk keuntungan dunia." (RS87; Muslim)
M27.Dari Abu Hurairah r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Bersegeralah kamu beramal sebelum datang tujuh perkara. Apakah kamu nantikan kemiskinan yang melalaikan, atau kekayaan yang menyombongkan, atau kesakitan yang merosakkan, atau usia tua yang melemahkan, atau kematian yang melenyapkan segala-galanya, atau Dajjal, sejahat-jahat yang dinantikan, atau hari kiamat, maka hari kiamat itu lebih berat dan lebih sukar." (RS93; Tarmizi)
Saturday, 31 July 2010
Thursday, 29 July 2010
Mutiara 9 : Tafakur (Merenung dan Berfikir)
(Bab 9 : Tafakur)
Firman Allah s.w.t.:
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (iaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari seksa neraka.” (Ali Imran, 3:190-191)
“Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana dia diciptakan, Dan langit, bagaimana ia ditinggikan? Dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan? Dan bumi bagaimana ia dihamparkan?Maka berilah peringatan, kerana sesungguhnya kamu hanyalah orang yang memberi peringatan.” (Al-Ghaasyiyah, 88:17-21)
Ayat-ayat lain : Saba’, 34:46; Muhammad, 47:10
Masa seorang yang soleh sentiasa terisi. Perbuatannya diisi dengan amal soleh, pertuturannya diisi dengan hikmah, diamnya diisi dengan zikir dan fikir. Tidak ada masa untuknya berkhayal. Ia memikirkan ciptaan-ciptaan Allah seraya tunduk kepada Penciptanya. Ia juga memikirkan persiapan diri untuk menghadapi hari kemudian, merancang sebelum beramal dan memuhasabah amalan selepasnya.
M25. Dari Abu Ya'la Syaddad bin Aus r.a.dari Nabi s.a.w., sabdanya:
"Orang yang bijak ialah orang yang memperhitungkan dirinya dan beramal sebagai bekal sesudah mati. Orang yang lemah pula ialah orang yang menurut hawa nafsunya tetapi mengharapkan pelbagai angan-angan kepada Allah." (RS66; Tarmizi)
Firman Allah s.w.t.:
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (iaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari seksa neraka.” (Ali Imran, 3:190-191)
“Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana dia diciptakan, Dan langit, bagaimana ia ditinggikan? Dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan? Dan bumi bagaimana ia dihamparkan?Maka berilah peringatan, kerana sesungguhnya kamu hanyalah orang yang memberi peringatan.” (Al-Ghaasyiyah, 88:17-21)
Ayat-ayat lain : Saba’, 34:46; Muhammad, 47:10
Masa seorang yang soleh sentiasa terisi. Perbuatannya diisi dengan amal soleh, pertuturannya diisi dengan hikmah, diamnya diisi dengan zikir dan fikir. Tidak ada masa untuknya berkhayal. Ia memikirkan ciptaan-ciptaan Allah seraya tunduk kepada Penciptanya. Ia juga memikirkan persiapan diri untuk menghadapi hari kemudian, merancang sebelum beramal dan memuhasabah amalan selepasnya.
M25. Dari Abu Ya'la Syaddad bin Aus r.a.dari Nabi s.a.w., sabdanya:
"Orang yang bijak ialah orang yang memperhitungkan dirinya dan beramal sebagai bekal sesudah mati. Orang yang lemah pula ialah orang yang menurut hawa nafsunya tetapi mengharapkan pelbagai angan-angan kepada Allah." (RS66; Tarmizi)
Tuesday, 27 July 2010
Mutiara 8 : Istiqamah (Tetap Lurus)
(Bab 8 : Istiqamah, Hadits RS85-RS86)
Allah s.w.t. berfirman:
“Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu.” (Huud, 11:112)
“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami ialah Allah" kemudian mereka beristiqamah (tetap lurus), maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan): "Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) syurga yang telah dijanjikan Allah kepadamu". Kami lah Pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan di akhirat; di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang kamu minta. Sebagai hidangan (bagimu) dari Tuhan Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Fushshilat, 41:30-32)
“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami ialah Allah", kemudian mereka beristiqamah (tetap lurus) maka tidak ada kekhuatiran terhadap mereka dan mereka tidak (pula) berdukacita. Mereka itulah penghuni-penghuni syurga, mereka kekal di dalamnya; sebagai balasan atas apa yang telah mereka kerjakan.” (Al-Ahqaaf, 46:13-14)
Keimanan yang diucapkan oleh seseorang memerlukan pembuktian melalui amalan yang lurus, mematuhi perintah Allah dan meninggalkan laranganNya, secara berterusan. Hakikat ini juga diajar Rasulullah s.a.w. apabila ditanya oleh seorang sahabat baginda.
M24. Dari Abu Amru, dikatakan juga, Abu Amrah Sufyan bin Abdullah r.a, katanya: Saya pernah bertanya Rasulullah s.a.w.: Beritahulah aku suatu ajaran mengenai Islam, yang tidak akan aku tanyakan lagi berkenaannya dari orang selain daripada engkau. Sabda Rasulullah s.a.w.:
“Katakanlah: aku beriman dengan Allah, kemudian engkau beristiqamah (tetap lurus)." (RS85; Muslim)(Hadits 21, Arbain Nawawi)
Allah s.w.t. berfirman:
“Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu.” (Huud, 11:112)
“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami ialah Allah" kemudian mereka beristiqamah (tetap lurus), maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan): "Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) syurga yang telah dijanjikan Allah kepadamu". Kami lah Pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan di akhirat; di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang kamu minta. Sebagai hidangan (bagimu) dari Tuhan Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Fushshilat, 41:30-32)
“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami ialah Allah", kemudian mereka beristiqamah (tetap lurus) maka tidak ada kekhuatiran terhadap mereka dan mereka tidak (pula) berdukacita. Mereka itulah penghuni-penghuni syurga, mereka kekal di dalamnya; sebagai balasan atas apa yang telah mereka kerjakan.” (Al-Ahqaaf, 46:13-14)
Keimanan yang diucapkan oleh seseorang memerlukan pembuktian melalui amalan yang lurus, mematuhi perintah Allah dan meninggalkan laranganNya, secara berterusan. Hakikat ini juga diajar Rasulullah s.a.w. apabila ditanya oleh seorang sahabat baginda.
M24. Dari Abu Amru, dikatakan juga, Abu Amrah Sufyan bin Abdullah r.a, katanya: Saya pernah bertanya Rasulullah s.a.w.: Beritahulah aku suatu ajaran mengenai Islam, yang tidak akan aku tanyakan lagi berkenaannya dari orang selain daripada engkau. Sabda Rasulullah s.a.w.:
“Katakanlah: aku beriman dengan Allah, kemudian engkau beristiqamah (tetap lurus)." (RS85; Muslim)(Hadits 21, Arbain Nawawi)
Saturday, 24 July 2010
Mutiara 7 : Yakin dan Tawakal
(Bab 7 : Yakin dan Tawakal, Hadits RS74-RS84)
Firman Allah Taala:
“(Iaitu) orang-orang (yang mentaati Allah dan rasul) yang kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan: "Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, kerana itu takutlah kepada mereka", maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab: "Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung.” Maka mereka kembali dengan nikmat dan kurnia (yang besar) dari Allah, mereka tidak mendapat bencana apa-apa, mereka mengikuti keredaan Allah. Dan Allah mempunyai kurnia yang besar.” (Ali Imran, 3:173-174)
“Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah.” (Ali Imran, 3:159)
“Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah nescaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.” (Ath-Thalaaq, 65:3)
Ayat-ayat lain yang disertakan: Al-Ahzab, 33:22; Al-Furqaan, 25:58; Ibrahim, 14:11 dan Al-Anfal, 8:2.
Seorang yang beriman yakin dengan kekuasaan Allah s.w.t. yang menguasai dan menentukan segala urusan. Ia berusaha kemudian bertawakal kepada Allah dengan hasil usahanya itu.
Kita lihat bagaimana Rasulullah s.a.w. dan Saidina Abu Bakar r.a. semasa berhijrah, mereka berusaha mengelakkan diri dari kaum musyrikin dengan bersembunyi di dalam sebuah gua. Rasulullah menenangkan Abu Bakar bahawa Allah yang ketiga di antara mereka apabila mereka hampir dijejaki musuh (RS81). Peristiwa ini dirakamkan oleh Allah s.w.t. di dalam surah At-Taubah, 9:40.
Kita juga dapat lihat keyakinan Rasulullah dengan pertolongan Allah dalam menundukkan seorang Arab Badwi yang menghunuskan pedang kepada baginda (RS78).
M21. Dari Ibnu Abbas r.a., katanya:
"(Lafaz) ‘Hasbunallahu wa ni'mal wakil’(Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Dia adalah sebaik-baik Pelindung) pernah diucapkan oleh Ibrahim a.s. ketika beliau dilemparkan ke dalam api. Ia juga diucapkan oleh Nabi Muhammad s.a.w. ketika orang-orang berkata: ‘Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, kerana itu takutlah kepada mereka,’ tetapi perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab: Hasbunallahu wa ni'mal wakil.” (RS76; Bukhari)
Dalam riwayat Bukhari juga dari Ibnu Abbas r.a. disebutkan: “Ucapan Nabi Ibrahim yang terakhir ketika beliau dilemparkan ke dalam api ialah: Hasbiallahu wa ni'mal wakil (Cukuplah Allah menjadi Penolongku dan Dia adalah sebaik-baik Pelindung)."
M22. Dari Umar r.a., katanya: "Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Sekiranya kamu bertawakal kepada Allah dengan tawakal yang sebenar-benarnya, nescaya Dia akan memberikan rezeki kepadamu sebagaimana Dia memberikan rezeki kepada burung yang keluar pagi berperut kosong dan kembali petang kekenyangan. (RS79; Tarmizi)
M23. Dari Anas r.a. katanya: Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Sesiapa yang mengucapkan ketika keluar dari rumahnya: ‘Bismillahi tawakkaltu alallaahi wala haula wala quwwata illa billah (Dengan menyebut nama Allah, aku bertawakal kepada Allah dan tiada daya serta kekuatan melainkan dengan pertolongan Allah)’, dikatakan kepadanya: ‘Kamu telah diberi petunjuk, dipercukupkan dan dipelihara.’ Syaitan pun menjauhkan diri darinya." (RS83, Abu Daud, Tarmizi, An-Nasaei)
Dalam riwayat lain, Syaitan berkata kepada syaitan yang lain: “Bagaimana kamu dapat mengganggu orang yang mendapat petunjuk, dipercukupkan dan dipelihara?”
Firman Allah Taala:
“(Iaitu) orang-orang (yang mentaati Allah dan rasul) yang kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan: "Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, kerana itu takutlah kepada mereka", maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab: "Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung.” Maka mereka kembali dengan nikmat dan kurnia (yang besar) dari Allah, mereka tidak mendapat bencana apa-apa, mereka mengikuti keredaan Allah. Dan Allah mempunyai kurnia yang besar.” (Ali Imran, 3:173-174)
“Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah.” (Ali Imran, 3:159)
“Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah nescaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.” (Ath-Thalaaq, 65:3)
Ayat-ayat lain yang disertakan: Al-Ahzab, 33:22; Al-Furqaan, 25:58; Ibrahim, 14:11 dan Al-Anfal, 8:2.
Seorang yang beriman yakin dengan kekuasaan Allah s.w.t. yang menguasai dan menentukan segala urusan. Ia berusaha kemudian bertawakal kepada Allah dengan hasil usahanya itu.
Kita lihat bagaimana Rasulullah s.a.w. dan Saidina Abu Bakar r.a. semasa berhijrah, mereka berusaha mengelakkan diri dari kaum musyrikin dengan bersembunyi di dalam sebuah gua. Rasulullah menenangkan Abu Bakar bahawa Allah yang ketiga di antara mereka apabila mereka hampir dijejaki musuh (RS81). Peristiwa ini dirakamkan oleh Allah s.w.t. di dalam surah At-Taubah, 9:40.
Kita juga dapat lihat keyakinan Rasulullah dengan pertolongan Allah dalam menundukkan seorang Arab Badwi yang menghunuskan pedang kepada baginda (RS78).
M21. Dari Ibnu Abbas r.a., katanya:
"(Lafaz) ‘Hasbunallahu wa ni'mal wakil’(Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Dia adalah sebaik-baik Pelindung) pernah diucapkan oleh Ibrahim a.s. ketika beliau dilemparkan ke dalam api. Ia juga diucapkan oleh Nabi Muhammad s.a.w. ketika orang-orang berkata: ‘Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, kerana itu takutlah kepada mereka,’ tetapi perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab: Hasbunallahu wa ni'mal wakil.” (RS76; Bukhari)
Dalam riwayat Bukhari juga dari Ibnu Abbas r.a. disebutkan: “Ucapan Nabi Ibrahim yang terakhir ketika beliau dilemparkan ke dalam api ialah: Hasbiallahu wa ni'mal wakil (Cukuplah Allah menjadi Penolongku dan Dia adalah sebaik-baik Pelindung)."
M22. Dari Umar r.a., katanya: "Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Sekiranya kamu bertawakal kepada Allah dengan tawakal yang sebenar-benarnya, nescaya Dia akan memberikan rezeki kepadamu sebagaimana Dia memberikan rezeki kepada burung yang keluar pagi berperut kosong dan kembali petang kekenyangan. (RS79; Tarmizi)
M23. Dari Anas r.a. katanya: Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Sesiapa yang mengucapkan ketika keluar dari rumahnya: ‘Bismillahi tawakkaltu alallaahi wala haula wala quwwata illa billah (Dengan menyebut nama Allah, aku bertawakal kepada Allah dan tiada daya serta kekuatan melainkan dengan pertolongan Allah)’, dikatakan kepadanya: ‘Kamu telah diberi petunjuk, dipercukupkan dan dipelihara.’ Syaitan pun menjauhkan diri darinya." (RS83, Abu Daud, Tarmizi, An-Nasaei)
Dalam riwayat lain, Syaitan berkata kepada syaitan yang lain: “Bagaimana kamu dapat mengganggu orang yang mendapat petunjuk, dipercukupkan dan dipelihara?”
Tuesday, 20 July 2010
Mutiara 6 : Takwa
(Bab 6 : Takwa, Hadits RS69-RS73)
Allah Taala berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya.” (Ali Imran, 3:102)
“Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu.” (At-Taghaabun, 64:16)
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar.” (Al-Ahzab, 33:70)
“Barang siapa yang bertakwa kepada Allah nescaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya.” (Ath-Thalaaq, 65:2&3)
“Hai orang-orang yang beriman, jika kamu bertakwa kepada Allah, nescaya Dia akan memberikan kepadamu furqaan dan menghapuskan segala kesalahan-kesalahanmu dan mengampuni (dosa-dosa)mu. Dan Allah mempunyai kurnia yang besar.” (Al-Anfaal, 8:29)
Orang yang bertakwa ialah orang yang berhati-hati di dalam menjalani kehidupan, memastikan diri sentiasa melaksanakan suruhan Allah dan meninggalkan apa yang dilarangNya.
Orang yang paling mulia di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa, sebagaimana dinyatakan di dalam Al-Quran (Al-Hujuraat, 49:13). Hakikat ini diulangi oleh baginda Rasulullah s.a.w.:
M19. Dari Abu Hurairah r.a., katanya:
Rasulullah s.a.w. ditanya: "Ya Rasulullah, siapakah yang paling mulia di antara manusia?" Beliau s.a.w. bersabda: "Orang yang paling bertaqwa di antara mereka.”
Mereka berkata: "Bukan ini yang kami tanyakan." Beliau s.a.w. bersabda: "Kalau begitu ia adalah Nabi Yusuf, Nabi Allah, putera Nabi Allah, putera Nabi Allah, putera Khalilullah (Nabi Yusuf bin Nabi Yaakub bin Nabi Ishak bin Nabi Ibrahim iaitu Khalilullah)."
Mereka berkata lagi: "Bukan ini yang kami tanyakan." Beliau s.a.w. kemudiannya bersabda: "Berkenaan keturunan Arab yang kamu tanyakan? Yang paling baik di antara mereka dalam zaman jahiliyah, paling baik pula dalam zaman Islam, apabila mereka memahami (hukum-hukum agama).” (RS69; Bukhari, Muslim)
Kita diseru untuk berhati-hati agar tidak terjerumus dengan dugaan dunia, antaranya ujian wanita.
M20. Dari Abu Said al-Khudri r.a. dari Nabi s.a.w. sabdanya:
"Sesungguhnya dunia ini manis dan indah. Sesungguhnya Allah menguasakan kepada kamu untuk melihat bagaimana kamu berbuat. Maka berhati-hatilah dengan dunia dan berhati-hatilah dengan wanita. Sesungguhnya dugaan awal pada Bani Israil ialah melalui wanita." (RS70; Muslim)
Allah Taala berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya.” (Ali Imran, 3:102)
“Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu.” (At-Taghaabun, 64:16)
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar.” (Al-Ahzab, 33:70)
“Barang siapa yang bertakwa kepada Allah nescaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya.” (Ath-Thalaaq, 65:2&3)
“Hai orang-orang yang beriman, jika kamu bertakwa kepada Allah, nescaya Dia akan memberikan kepadamu furqaan dan menghapuskan segala kesalahan-kesalahanmu dan mengampuni (dosa-dosa)mu. Dan Allah mempunyai kurnia yang besar.” (Al-Anfaal, 8:29)
Orang yang bertakwa ialah orang yang berhati-hati di dalam menjalani kehidupan, memastikan diri sentiasa melaksanakan suruhan Allah dan meninggalkan apa yang dilarangNya.
Orang yang paling mulia di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa, sebagaimana dinyatakan di dalam Al-Quran (Al-Hujuraat, 49:13). Hakikat ini diulangi oleh baginda Rasulullah s.a.w.:
M19. Dari Abu Hurairah r.a., katanya:
Rasulullah s.a.w. ditanya: "Ya Rasulullah, siapakah yang paling mulia di antara manusia?" Beliau s.a.w. bersabda: "Orang yang paling bertaqwa di antara mereka.”
Mereka berkata: "Bukan ini yang kami tanyakan." Beliau s.a.w. bersabda: "Kalau begitu ia adalah Nabi Yusuf, Nabi Allah, putera Nabi Allah, putera Nabi Allah, putera Khalilullah (Nabi Yusuf bin Nabi Yaakub bin Nabi Ishak bin Nabi Ibrahim iaitu Khalilullah)."
Mereka berkata lagi: "Bukan ini yang kami tanyakan." Beliau s.a.w. kemudiannya bersabda: "Berkenaan keturunan Arab yang kamu tanyakan? Yang paling baik di antara mereka dalam zaman jahiliyah, paling baik pula dalam zaman Islam, apabila mereka memahami (hukum-hukum agama).” (RS69; Bukhari, Muslim)
Kita diseru untuk berhati-hati agar tidak terjerumus dengan dugaan dunia, antaranya ujian wanita.
M20. Dari Abu Said al-Khudri r.a. dari Nabi s.a.w. sabdanya:
"Sesungguhnya dunia ini manis dan indah. Sesungguhnya Allah menguasakan kepada kamu untuk melihat bagaimana kamu berbuat. Maka berhati-hatilah dengan dunia dan berhati-hatilah dengan wanita. Sesungguhnya dugaan awal pada Bani Israil ialah melalui wanita." (RS70; Muslim)
Saturday, 17 July 2010
Mutiara 5 : Muraqabah (Berwaspada)
(Bab 5 : Muraqabah, Hadits RS60-RS68)
Firman Allah s.w.t.:
“Yang melihat kamu ketika kamu berdiri (untuk sembahyang), dan (melihat pula) perubahan gerak badanmu di antara orang-orang yang sujud.” (Asy-Syu’ara, 26:218-219)
“Dan Dia bersama kamu di mana sahaja kamu berada.” (Al-Hadiid, 57:4)
“Sesungguhnya bagi Allah tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi di bumi dan tidak (pula) di langit.” (Ali Imran, 3:5)
“Sesungguhnya Tuhanmu benar-benar mengawasi.” (Al-Fajr, 89:14)
“Dia mengetahui (pandangan) mata yang khianat dan apa yang disembunyikan oleh hati.”(Al-Mu’min, 40:19)
Kita sentiasa berada di dalam pengawasan Allah s.w.t., samada di tengah ramai maupun ketika berseorangan. Kita tidak akan terlepas dari pandanganNya. Keyakinan ini membuatkan seseorang sentiasa berwaspada dari melakukan sebarang dosa walau di mana ia berada.
M15. Dari Abu Dzar Jundub bin Junaadah dan Abu Abdul Rahman Muaz bin Jabal r.a. daripada Rasulullah s.a.w., sabdanya:
"Bertakwalah kepada Allah di mana sahaja kamu berada. Susulilah kejahatan dengan kebaikan yang akan menghapuskan kejahatan. Bergaullah dengan manusia dengan akhlak yang baik." (RS61; Tarmizi)
M16. Dari Ibnu Abbas r.a., katanya: Pada suatu hari saya berada di belakang Nabi s.a.w. (di atas kenderaan), lalu baginda bersabda:
"Wahai budak! Sesungguhnya saya mahu mengajar kamu beberapa kalimat: Peliharalah Allah (memelihara perintah dan laranganNya), Dia akan memelihara kamu. Peliharalah Allah, pasti kamu akan dapati Dia bersamamu. Apabila kamu meminta, mintalah kepada Allah dan apabila kamu meminta pertolongan, mintalah pertolongan itu kepada Allah.
Ketahuilah! Sesungguhnya jika umat manusia berhimpun untuk memberikan manfaat kepadamu dengan sesuatu, mereka tidak akan dapat memberikan manfaat itu melainkan dengan apa yang telah ditetapkan oleh Allah bagi kamu. Dan jika mereka berhimpun untuk memberikan mudarat kepadamu dengan sesuatu, mereka tidak akan dapat memberikan mudarat itu, melainkan dengan apa yang telah ditetapkan oleh Allah ke atas kamu. Pena telah diangkat dan lembaran kertas telah kering." (RS62; Tarmizi)
Dalam riwayat selain Tarmizi disebutkan:
"Peliharalah Allah, kamu akan mendapatiNya di hadapanmu. Kenalilah (ingatilah) Allah di waktu kamu senang, Dia akan kenali (ingat) kamu di waktu kamu susah. Ketahuilah! Sesuatu yang ditetapkan tidak mengena kamu, tidak akan menimpamu dan sesuatu yang ditetapkan menimpa kamu, kamu tidak akan dapat terlepas darinya. Ketahuilah! Sesungguhnya pertolongan itu beserta kesabaran dan kelapangan beserta kesukaran. Sesungguhnya beserta kesukaran adalah kemudahan."
Kadang-kadang kita mengambil mudah sebahagian dosa yang dilakukan, walhal generasi pertama umat Islam di zaman Rasulullah s.a.w. memandangnya serius.
M17. Dari Anas r.a., katanya:
"Sesungguhnya kamu melakukan perbuatan yang lebih remeh pada pandangan kamu dari sehelai rambut, padahal kami di zaman Rasulullah s.a.w. menganggapnya dosa-dosa yang merosakkan." (RS63; Bukhari)
Ini berupa teguran sahabat Nabi yang paling akhir meninggal dunia, Anas bin Malik, kepada tabien yang bersamanya. Apatah lagi kita.
Selain dari meninggalkan perbuatan yang membawa dosa, kita juga diseru untuk meninggalkan perbuatan yang sia-sia, yang tidak membawa kemanfaatan di akhirat kelak.
M18. Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Sebahagian daripada kebaikan keislaman seseorang ialah meninggalkan apa-apa yang tidak memberikan kemanfaatan kepadanya.” (RS67; Tarmizi)
Firman Allah s.w.t.:
“Yang melihat kamu ketika kamu berdiri (untuk sembahyang), dan (melihat pula) perubahan gerak badanmu di antara orang-orang yang sujud.” (Asy-Syu’ara, 26:218-219)
“Dan Dia bersama kamu di mana sahaja kamu berada.” (Al-Hadiid, 57:4)
“Sesungguhnya bagi Allah tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi di bumi dan tidak (pula) di langit.” (Ali Imran, 3:5)
“Sesungguhnya Tuhanmu benar-benar mengawasi.” (Al-Fajr, 89:14)
“Dia mengetahui (pandangan) mata yang khianat dan apa yang disembunyikan oleh hati.”(Al-Mu’min, 40:19)
Kita sentiasa berada di dalam pengawasan Allah s.w.t., samada di tengah ramai maupun ketika berseorangan. Kita tidak akan terlepas dari pandanganNya. Keyakinan ini membuatkan seseorang sentiasa berwaspada dari melakukan sebarang dosa walau di mana ia berada.
M15. Dari Abu Dzar Jundub bin Junaadah dan Abu Abdul Rahman Muaz bin Jabal r.a. daripada Rasulullah s.a.w., sabdanya:
"Bertakwalah kepada Allah di mana sahaja kamu berada. Susulilah kejahatan dengan kebaikan yang akan menghapuskan kejahatan. Bergaullah dengan manusia dengan akhlak yang baik." (RS61; Tarmizi)
M16. Dari Ibnu Abbas r.a., katanya: Pada suatu hari saya berada di belakang Nabi s.a.w. (di atas kenderaan), lalu baginda bersabda:
"Wahai budak! Sesungguhnya saya mahu mengajar kamu beberapa kalimat: Peliharalah Allah (memelihara perintah dan laranganNya), Dia akan memelihara kamu. Peliharalah Allah, pasti kamu akan dapati Dia bersamamu. Apabila kamu meminta, mintalah kepada Allah dan apabila kamu meminta pertolongan, mintalah pertolongan itu kepada Allah.
Ketahuilah! Sesungguhnya jika umat manusia berhimpun untuk memberikan manfaat kepadamu dengan sesuatu, mereka tidak akan dapat memberikan manfaat itu melainkan dengan apa yang telah ditetapkan oleh Allah bagi kamu. Dan jika mereka berhimpun untuk memberikan mudarat kepadamu dengan sesuatu, mereka tidak akan dapat memberikan mudarat itu, melainkan dengan apa yang telah ditetapkan oleh Allah ke atas kamu. Pena telah diangkat dan lembaran kertas telah kering." (RS62; Tarmizi)
Dalam riwayat selain Tarmizi disebutkan:
"Peliharalah Allah, kamu akan mendapatiNya di hadapanmu. Kenalilah (ingatilah) Allah di waktu kamu senang, Dia akan kenali (ingat) kamu di waktu kamu susah. Ketahuilah! Sesuatu yang ditetapkan tidak mengena kamu, tidak akan menimpamu dan sesuatu yang ditetapkan menimpa kamu, kamu tidak akan dapat terlepas darinya. Ketahuilah! Sesungguhnya pertolongan itu beserta kesabaran dan kelapangan beserta kesukaran. Sesungguhnya beserta kesukaran adalah kemudahan."
Kadang-kadang kita mengambil mudah sebahagian dosa yang dilakukan, walhal generasi pertama umat Islam di zaman Rasulullah s.a.w. memandangnya serius.
M17. Dari Anas r.a., katanya:
"Sesungguhnya kamu melakukan perbuatan yang lebih remeh pada pandangan kamu dari sehelai rambut, padahal kami di zaman Rasulullah s.a.w. menganggapnya dosa-dosa yang merosakkan." (RS63; Bukhari)
Ini berupa teguran sahabat Nabi yang paling akhir meninggal dunia, Anas bin Malik, kepada tabien yang bersamanya. Apatah lagi kita.
Selain dari meninggalkan perbuatan yang membawa dosa, kita juga diseru untuk meninggalkan perbuatan yang sia-sia, yang tidak membawa kemanfaatan di akhirat kelak.
M18. Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Sebahagian daripada kebaikan keislaman seseorang ialah meninggalkan apa-apa yang tidak memberikan kemanfaatan kepadanya.” (RS67; Tarmizi)
Tuesday, 13 July 2010
Mutiara 4 : Benar
(Bab 4 : Benar, Hadits RS54-RS59)
Firman Allah s.w.t.:
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar.” (At-Taubah, 9:119)
“Laki-laki yang benar dan perempuan yang benar.” (Al-Ahzab, 33:35)
“Jika mereka benar (imannya) terhadap Allah, nescaya yang demikian itu lebih baik bagi mereka.” (Muhammad, 47:21)
Hadits pertama yang dipilih oleh Imam Nawawi dalam bab ini ialah berkenaan dengan benar di segi perkataan.
M12. Dari Ibnu Mas'ud r.a. dari Nabi s.a.w., sabdanya:
"Sesungguhnya kebenaran membawa kepada kebajikan dan sesungguhnya kebajikan membawa kepada syurga. Sesungguhnya seseorang membiasakan diri dengan berkata benar sehingga dicatatkan di sisi Allah sebagai seorang yang benar. Dan sesungguhnya berdusta itu membawa kepada kekejian dan sesungguhnya kekejian itu membawa kepada neraka. Sesungguhnya seseorang membiasakan diri dengan berdusta sehingga dicatatkan di sisi Allah sebagai seorang pendusta." (RS54; Bukhari, Muslim)
Seorang muslim hendaklah membiasakan diri dengan bercakap benar dalam pertuturan. Orang-orang lain tidak meragui kebenaran apa yang diperkatakannya. Malah di sisi Allah, beliau mendapat gelaran ‘siddiq’, orang yang benar. Sebaliknya berlaku kepada orang yang suka berbohong. Kesan dari berkata benar dan berdusta tentulah berlawanan.
M13. Dari Abu Muhammad Hasan bin Ali bin Abu Thalib r.a., katanya: Saya menghafaz dari Rasulullah s.a.w.:
"Tinggalkan apa-apa yang meragukanmu kepada apa-apa yang tidak meragukan. Sesungguhnya kebenaran membawa ketenangan dan dusta menimbulkan keraguan." (RS55; Tarmizi)
Seorang muslim juga hendaklah benar dalam keazamannya. Beliau beroleh ganjaran dari Allah sekiranya bersungguh-sungguh untuk beramal walau tidak dapat melakukannya.
M14. Dari Abu Tsabit dan disebutkan Abu Said juga disebutkan Abu Walid, Sahl bin Hanif r.a., dan dia ahli Badar, bahawa Nabi s.a.w. bersabda:
"Sesiapa yang benar-benar meminta mati syahid kepada Allah Taala, Allah akan menyampaikannya ke tingkat orang-orang yang mati syahid, walaupun ia mati di atas tempat tidurnya." (RS57; Muslim)
Firman Allah s.w.t.:
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar.” (At-Taubah, 9:119)
“Laki-laki yang benar dan perempuan yang benar.” (Al-Ahzab, 33:35)
“Jika mereka benar (imannya) terhadap Allah, nescaya yang demikian itu lebih baik bagi mereka.” (Muhammad, 47:21)
Hadits pertama yang dipilih oleh Imam Nawawi dalam bab ini ialah berkenaan dengan benar di segi perkataan.
M12. Dari Ibnu Mas'ud r.a. dari Nabi s.a.w., sabdanya:
"Sesungguhnya kebenaran membawa kepada kebajikan dan sesungguhnya kebajikan membawa kepada syurga. Sesungguhnya seseorang membiasakan diri dengan berkata benar sehingga dicatatkan di sisi Allah sebagai seorang yang benar. Dan sesungguhnya berdusta itu membawa kepada kekejian dan sesungguhnya kekejian itu membawa kepada neraka. Sesungguhnya seseorang membiasakan diri dengan berdusta sehingga dicatatkan di sisi Allah sebagai seorang pendusta." (RS54; Bukhari, Muslim)
Seorang muslim hendaklah membiasakan diri dengan bercakap benar dalam pertuturan. Orang-orang lain tidak meragui kebenaran apa yang diperkatakannya. Malah di sisi Allah, beliau mendapat gelaran ‘siddiq’, orang yang benar. Sebaliknya berlaku kepada orang yang suka berbohong. Kesan dari berkata benar dan berdusta tentulah berlawanan.
M13. Dari Abu Muhammad Hasan bin Ali bin Abu Thalib r.a., katanya: Saya menghafaz dari Rasulullah s.a.w.:
"Tinggalkan apa-apa yang meragukanmu kepada apa-apa yang tidak meragukan. Sesungguhnya kebenaran membawa ketenangan dan dusta menimbulkan keraguan." (RS55; Tarmizi)
Seorang muslim juga hendaklah benar dalam keazamannya. Beliau beroleh ganjaran dari Allah sekiranya bersungguh-sungguh untuk beramal walau tidak dapat melakukannya.
M14. Dari Abu Tsabit dan disebutkan Abu Said juga disebutkan Abu Walid, Sahl bin Hanif r.a., dan dia ahli Badar, bahawa Nabi s.a.w. bersabda:
"Sesiapa yang benar-benar meminta mati syahid kepada Allah Taala, Allah akan menyampaikannya ke tingkat orang-orang yang mati syahid, walaupun ia mati di atas tempat tidurnya." (RS57; Muslim)
Saturday, 10 July 2010
Mutiara 3 : Sabar
(Bab 3 : Sabar, Hadits RS25-RS53)
Sifat sabar merupakan sifat mahmudah (terpuji) yang paling banyak disebutkan dalam Al-Quran. Imam Nawawi memasukkan enam daripada ayat-ayat tersebut di dalam bab ini. Antaranya:
“Dan sungguh akan Kami berikan cubaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.” (Al-Baqarah, 2:155)
“Dan sesungguhnya Kami benar-benar akan menguji kamu agar Kami mengetahui orang-orang yang berjihad dan bersabar di antara kamu; dan agar Kami menyatakan (baik buruknya) hal ehwalmu.” (Muhammad, 47:31)
Ayat-ayat lain ialah Ali Imran, 3:200; Az-Zumar, 39:10; Asy-Syuura, 42:43 dan Al-Baqarah, 2:153.
Terdapat banyak hadits berkenaan dengan sabar yang dikemukakan oleh Imam Nawawi dalam bab ini. Antaranya:
M6. Dari Abu Said Saad bin Malik bin Sinan al-Khudri r.a., ada beberapa orang dari kaum Anshar meminta-minta kepada Rasulullah s.a.w., lalu baginda memberinya, kemudian mereka meminta lagi dan beliau pun memberikannya sehingga habis apa yang ada pada baginda. Setelah baginda memberikan semua yang ada di tangannya, baginda bersabda kepada mereka:
"Apa sahaja kebaikan yang ada padaku, aku tidak akan sembunyikan dari kamu. Sesiapa yang menjaga kesopanan (dari meminta-minta), Allah akan memelihara kesopanannya, dan sesiapa yang merasa cukup, Allah akan mencukupkannya, dan sesiapa yang berlatih sabar, Allah akan menyabarkannya. Tiada seorang pun yang mendapat kurniaan yang lebih baik dan lebih luas dari kesabaran." (RS26; Bukhari, Muslim)
M7. Dari Abu Yahya Shuhaib bin Sinan r.a., katanya: Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Amat mengkagumkan keadaan seorang mukmin. Sesungguhnya semua keadaan baik baginya. Sifat ini tidak mungkin terdapat melainkan pada seorang mukmin. Jika ia beroleh kesenangan, ia bersyukur maka kesyukuran itu adalah kebaikan baginya. Jika ia ditimpa kesusahan, ia bersabar maka kesabaran itu adalah kebaikan baginya." (RS27; Muslim)
M8. Dari Abu Said dan Abu Hurairah r.a. dari Nabi s.a.w., sabdanya:
"Tidaklah menimpa seorang muslim dari kesusahan, penyakit, kebimbangan, kesedihan, kesakitan dan kerisauan malahan duri yang menusuknya, melainkan Allah menebus dosa dengan apa yang menimpanya itu.” (RS37, Bukhari, Muslim)
Rasulullah s.a.w. dan para nabi yang lain menunjukkan tauladan yang tinggi dalam bersabar, untuk kita sama-sama contohi.
M9. Dari Abu Abdul Rahman Abdullah bin Mas'ud r.a. katanya: "Seakan-akan aku masih melihat Rasulullah s.a.w. menceritakan tentang seorang nabi dari para nabi shalawatullah wa salaamuhu alaihim. Beliau tercedera dipukul kaumnya. Sambil mengusap darah dari wajahnya beliau mengucapkan: "Ya Allah! Ampunkanlah kaumku, sesungguhnya mereka tidak tahu." (RS36; Bukhari, Muslim)
Hadits ini menunjukkan kesabaran seorang nabi a.s. dalam berhadapan dengan tentangan kaumnya dalam berdakwah. Kaumnya itu bukan setakat menolak dakwahnya, bukan hanya mencaci, tetapi lebih jauh dari itu, mereka mencederakan nabi tersebut. Balasan nabi terhadap penganiayaan itu bukanlah dengan membalas dengan balasan yang sebanding, bukan mencerca mereka, bukan juga mendoakan keburukan menimpa kaumnya, tetapi berdoa supaya Allah mengampuni mereka. Hadits ini mengajar pendakwah supaya bersabar dalam berhadapan dengan reaksi negatif dari orang yang mereka dakwahkan. Mungkin hari ini mereka menolak, besok hari tidak semestinya terus begitu.
Para sahabat dan umat Islam yang lain juga diajar untuk bersabar dalam menunggu kejayaan dakwah mereka. Hadits seterusnya mengajarkan:
M10. Dari Abu Abdullah Khabbab bin Al-Aratti r.a., katanya: "Kami mengadu kepada Rasulullah s.a.w. pada masa baginda berbaring di bawah bayangan kaabah berbantalkan serbannya. Kami berkata: “Apakah anda tidak memohonkan pertolongan untuk kami? Apakah and tidak mendoakan kami?" Baginda bersabda:
"Orang-orang sebelum kamu, ada yang ditanam hidup-hidup, ada yang digergaji dari atas kepalanya sehingga terbelah dua, ada yang dikupas kulitnya dengan sisir besi yang mengenai daging dan tulangnya. Yang sedemikian itu tidak memalingkan ia dari agamanya. Demi Allah! Allah akan menyempurnakan urusan ini, sehingga seorang pengembara dari Shan'a ke Hadhramaut tidak takut melainkan Allah dan serigala atas biri-birinya. Tetapi kamu semua tergesa-gesa." (RS41; Bukhari)
Dalam riwayat lain: "Baginda berbaring berbantalkan serbannya, sedang kami telah disiksa dengan teruk oleh kaum musyrikin."
Rasulullah s.a.w. juga menceritakan dalam satu hadits (RS30) tentang kesabaran seorang pemuda dalam mempertahankan keimanannya sehingga sanggup mati dibunuh oleh seorang raja. Kesabaran beliau telah dicontohi oleh kaumnya yang beriman kemudian sanggup mengorbankan jiwa mereka sendiri dengan terjun ke dalam parit berapi. Kisah ini juga diabadikan oleh Allah s.w.t. di dalam surah Al-Buruuj.
Satu lagi aspek kesabaran yang diketengahkan oleh Imam Nawawi dalam bab sabar ini ialah menahan marah.
M11. Dari Abu Hurairah r.a. bahawa Rasulullah s.a.w. bersabda:
“Bukanlah ukuran kekuatan seseorang itu dengan bergelut tetapi ukuran kekuatannya ialah bagaimana ia mengawal diri ketika marah.” (RS45; Bukhari, Muslim)
Salah satu cara untuk mengawal kemarahan ialah sebagaimana yang diajar oleh Rasulullah saw dalam satu hadits (RS46) iaitu berta’awwuz, mengucapkan ‘A’uzubillahi minasy-syaithaanir-rajiim’.
Sifat sabar merupakan sifat mahmudah (terpuji) yang paling banyak disebutkan dalam Al-Quran. Imam Nawawi memasukkan enam daripada ayat-ayat tersebut di dalam bab ini. Antaranya:
“Dan sungguh akan Kami berikan cubaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.” (Al-Baqarah, 2:155)
“Dan sesungguhnya Kami benar-benar akan menguji kamu agar Kami mengetahui orang-orang yang berjihad dan bersabar di antara kamu; dan agar Kami menyatakan (baik buruknya) hal ehwalmu.” (Muhammad, 47:31)
Ayat-ayat lain ialah Ali Imran, 3:200; Az-Zumar, 39:10; Asy-Syuura, 42:43 dan Al-Baqarah, 2:153.
Terdapat banyak hadits berkenaan dengan sabar yang dikemukakan oleh Imam Nawawi dalam bab ini. Antaranya:
M6. Dari Abu Said Saad bin Malik bin Sinan al-Khudri r.a., ada beberapa orang dari kaum Anshar meminta-minta kepada Rasulullah s.a.w., lalu baginda memberinya, kemudian mereka meminta lagi dan beliau pun memberikannya sehingga habis apa yang ada pada baginda. Setelah baginda memberikan semua yang ada di tangannya, baginda bersabda kepada mereka:
"Apa sahaja kebaikan yang ada padaku, aku tidak akan sembunyikan dari kamu. Sesiapa yang menjaga kesopanan (dari meminta-minta), Allah akan memelihara kesopanannya, dan sesiapa yang merasa cukup, Allah akan mencukupkannya, dan sesiapa yang berlatih sabar, Allah akan menyabarkannya. Tiada seorang pun yang mendapat kurniaan yang lebih baik dan lebih luas dari kesabaran." (RS26; Bukhari, Muslim)
M7. Dari Abu Yahya Shuhaib bin Sinan r.a., katanya: Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Amat mengkagumkan keadaan seorang mukmin. Sesungguhnya semua keadaan baik baginya. Sifat ini tidak mungkin terdapat melainkan pada seorang mukmin. Jika ia beroleh kesenangan, ia bersyukur maka kesyukuran itu adalah kebaikan baginya. Jika ia ditimpa kesusahan, ia bersabar maka kesabaran itu adalah kebaikan baginya." (RS27; Muslim)
M8. Dari Abu Said dan Abu Hurairah r.a. dari Nabi s.a.w., sabdanya:
"Tidaklah menimpa seorang muslim dari kesusahan, penyakit, kebimbangan, kesedihan, kesakitan dan kerisauan malahan duri yang menusuknya, melainkan Allah menebus dosa dengan apa yang menimpanya itu.” (RS37, Bukhari, Muslim)
Rasulullah s.a.w. dan para nabi yang lain menunjukkan tauladan yang tinggi dalam bersabar, untuk kita sama-sama contohi.
M9. Dari Abu Abdul Rahman Abdullah bin Mas'ud r.a. katanya: "Seakan-akan aku masih melihat Rasulullah s.a.w. menceritakan tentang seorang nabi dari para nabi shalawatullah wa salaamuhu alaihim. Beliau tercedera dipukul kaumnya. Sambil mengusap darah dari wajahnya beliau mengucapkan: "Ya Allah! Ampunkanlah kaumku, sesungguhnya mereka tidak tahu." (RS36; Bukhari, Muslim)
Hadits ini menunjukkan kesabaran seorang nabi a.s. dalam berhadapan dengan tentangan kaumnya dalam berdakwah. Kaumnya itu bukan setakat menolak dakwahnya, bukan hanya mencaci, tetapi lebih jauh dari itu, mereka mencederakan nabi tersebut. Balasan nabi terhadap penganiayaan itu bukanlah dengan membalas dengan balasan yang sebanding, bukan mencerca mereka, bukan juga mendoakan keburukan menimpa kaumnya, tetapi berdoa supaya Allah mengampuni mereka. Hadits ini mengajar pendakwah supaya bersabar dalam berhadapan dengan reaksi negatif dari orang yang mereka dakwahkan. Mungkin hari ini mereka menolak, besok hari tidak semestinya terus begitu.
Para sahabat dan umat Islam yang lain juga diajar untuk bersabar dalam menunggu kejayaan dakwah mereka. Hadits seterusnya mengajarkan:
M10. Dari Abu Abdullah Khabbab bin Al-Aratti r.a., katanya: "Kami mengadu kepada Rasulullah s.a.w. pada masa baginda berbaring di bawah bayangan kaabah berbantalkan serbannya. Kami berkata: “Apakah anda tidak memohonkan pertolongan untuk kami? Apakah and tidak mendoakan kami?" Baginda bersabda:
"Orang-orang sebelum kamu, ada yang ditanam hidup-hidup, ada yang digergaji dari atas kepalanya sehingga terbelah dua, ada yang dikupas kulitnya dengan sisir besi yang mengenai daging dan tulangnya. Yang sedemikian itu tidak memalingkan ia dari agamanya. Demi Allah! Allah akan menyempurnakan urusan ini, sehingga seorang pengembara dari Shan'a ke Hadhramaut tidak takut melainkan Allah dan serigala atas biri-birinya. Tetapi kamu semua tergesa-gesa." (RS41; Bukhari)
Dalam riwayat lain: "Baginda berbaring berbantalkan serbannya, sedang kami telah disiksa dengan teruk oleh kaum musyrikin."
Rasulullah s.a.w. juga menceritakan dalam satu hadits (RS30) tentang kesabaran seorang pemuda dalam mempertahankan keimanannya sehingga sanggup mati dibunuh oleh seorang raja. Kesabaran beliau telah dicontohi oleh kaumnya yang beriman kemudian sanggup mengorbankan jiwa mereka sendiri dengan terjun ke dalam parit berapi. Kisah ini juga diabadikan oleh Allah s.w.t. di dalam surah Al-Buruuj.
Satu lagi aspek kesabaran yang diketengahkan oleh Imam Nawawi dalam bab sabar ini ialah menahan marah.
M11. Dari Abu Hurairah r.a. bahawa Rasulullah s.a.w. bersabda:
“Bukanlah ukuran kekuatan seseorang itu dengan bergelut tetapi ukuran kekuatannya ialah bagaimana ia mengawal diri ketika marah.” (RS45; Bukhari, Muslim)
Salah satu cara untuk mengawal kemarahan ialah sebagaimana yang diajar oleh Rasulullah saw dalam satu hadits (RS46) iaitu berta’awwuz, mengucapkan ‘A’uzubillahi minasy-syaithaanir-rajiim’.
Subscribe to:
Posts (Atom)